Sadarkah kita bahwa dalam sehari-hari, pembicaraan tentang emosi menjadi hal yang harus ditutup-tutupi?
Sungguh aneh mengingat emosi merupakan bagian yang vital (penting) dalam sehari-hari kita. Namun mengapa dalam pembicaraan kita lebih berfokus pada apa yang kita dan orang lain lakukan atau pikirkan? Sering kali, dalam pembicaraan kita memulai dengan kata-kata "menurut saya…" dan bukan "saya merasa…". atau yang lagi tenar "di situh kadang saya" ...
Kebanyakan dari kita tidak pernah mendapat edukasi tentang emosi. Sebaliknya, kita justru belajar tentang cara yang diterima secara sosial dalam menangani emosi kita. Memprihatinkan jika mengingat kebanyakan dari kita tidak menangani emosi kita dengan cara yang sehat.
Dilansir dari laman huffingtonpost.com, Jumat (20/3/2015), berikut adalah mentalitas paling umum mengenai emosi yang sebaiknya dihilangkan.
1. "Saya harus merasa secara berbeda"
Ada kalanya kita merasa kesal terhadap hal-hal yang menurut orang lain "ah, cuma begitu saja", dan ada kala kita merasa biasa-biasa saja terhadap hal-hal yang orang lain bisa senang jika mengalaminya. Sesungguhnya, tidak ada aturan mengenai apa yang benar dan salah dalam emosi kita. Tidak ada gunanya menyalahkan diri kita saat tidak merasakan emosi yang 'benar'
2. "Saya tidak bisa mengontrol perasaan sodara"
Walau betul tidak seharusnya emosi kita dikontrol masyarakat, bukan berarti sodara harus ada dalam mood buruk selalu. Kita memang tidak bisa mengubah emosi kita dengan jentikan jari. Namun kita bisa mengubah cara kita berpikir dan berperilaku.
3. "Mengungkapkan perasaan akan membuat saya merasa lebih baik"
Saat marah, sodara akan merasa ingin meninju tembok sampai tangan sodara memar. Saat sedih, sodara akan merasa ingin menelefon orang terdekat sodara dan curhat sambil nangis berjam-jam. Sesungguhnya, mengungkapkan emosi akan meningkatkan rangsangan. Bukan berarti sodara harus selalu memendam perasaan, namun akan lebih baik jika anda mencari pelampiasan lain untuk tidak berfokus pada kesedihan atau kekesalan sodara.
6. "Saya tidak bisa menangani emosi yang tidak nyaman"
Kita cenderung menghindar ketika harus ada dalam situasi-situasi yang tidak nyaman. Sangat disayangkan karena sikap ini bisa membuat kita melewatkan kesempatan. Seseorang yang sering merasakan kecemasan bisa melewatkan kesempatan dipromosikan, seseorang yang tidak nyaman dengan konfrontasi bisa menghindar bertemu rekan kerja dalam persoalan problem-solving. Belajar menghadapi emosi membantu kita membangun kepercayaan diri. Saat sodara tidak membiarkan emosi mengontrol sikap sodara, sodara bisa belajar banyak.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)